Kebutuhan menurut intensitas kegunaan - Tolak ukur kebutuhan menurut
intensitas kegunaan berhubungan dengan prioritas atau kadar penting atau
tidaknya suatu kebutuhan. Jika bermacam-macam kebutuhan manusia diurutkan, maka
akan kita temukan beberapa kelompok barang atau jasa yang paling dibutuhkan
atau paling penting dalam keberlangsungan hidup, ada yang dianggap sebagai
barang pelengkap saja agar kehidupan menjadi lebih nyaman, dan ada juga yang
dianggap sebagai kebutuhan mewah yang dapat meningkatkan gengsi dan status
sosial.
Menurut intensitas kegunaannya, kebutuhan dibagi menjadi kebutuhan mutlak, primer, sekunder dan tersier. (Biasanya kebutuhan mutlak tidak atau jarang dimasukkan)
a.
Kebutuhan Mutlak
Kebutuhan mutlak adalah
kebutuhan yang mau tidak mau harus dipenuhi oleh setiap manusia dan tidak
mungkin ditinggalkan. Jika kebutuhan mutlak tidak dipenuhi, maka dapat
mengakibatkan kematian pada manusia.
b.
Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer merupakan
kebutuhan yang paling penting dan utama yang harus dipenuhi oleh setiap orang.
Kebutuhan primer tidak boleh tidak harus dipenuhi. Kebutuhan primer mencakup
atau meliputi kebutuhan papan (rumah, tempat tinggal), sandang (pakaian) dan
pangan (makanan).
Kata primer sendiri berasal
dari bahasa Latin Primus, yang
berarti “pertama”. Dalam makna etimologis, kebutuhan primer berarti kebutuhan
yang pertama kali dibutuhkan oleh manusia demi kelangsungan hidupnya. Agar
dapat bertahan hidup, setiap orang harus makan setiap hari, berpakaian
menggunakan pakaian yang layak serta memiliki tempat tinggal yang akan
melindunginya dari hujan, panas serta udara yang dingin. Jika kebutuhan primer
seseorang tidak terpenuhi, maka akan sulit untuk melakuka aktivitas-aktivitas
hidupnya dengan baik dan layak. Oleh karena itu, kebutuhan primer disebut juga
sebagai sebagai kebutuhan alamiah karena berkaitan erat dengan kodrat setiap
manusia.
c.
Kebutuhan Sekunder
Setelah kebutuhan primer sudah
terpenuhi, manusia mulai membutuhkan kebutuhan yang lebih luas, lebih banyak
dan lebih sempurna. Kebutuhan tersebut misalnya kebutuhan akan kendaraan, tempat
tidur, perlengkapan memasak, peralatan rumah tangga dan sebagainya. Kebutuhan
tersebut disebut sebagai kebutuhan sekunder yang merupakan kebutuhan setelah
kebutuhan primer, artinya kebutuhan sekunder akan muncul setelah kebutuhan
primer telah terpenuhi. Kata sekunder berasal dari bahasa Latin Secundus yang berarti “kedua”. Meskipun
merupakan kebutuhan nomor dua, bukan berarti kebutuhan sekunder tidak penting
dan dapat diabaikan begitu saja. Pada saatnya, setiap orang akan memperhatikan
kebutuhan sekunder demi meningkatkan ketentraman dan kenyamanan hidup, juga
demi kelangsungan jati dirinya juga. Namun seandainya kebutuhan sekunder tidak
dapat dipenuhi, manusia masih tetap bisa mempertahankan keberlangsungan
hidupnya.
d.
Kebutuhan Tersier
Kata tersier berasal dari
bahasa latin tertius, yang berarti
“ketiga” dengan memiliki makna bahwa kebutuhan ini akan muncul setelah
kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder terpenuhi. Contoh kebutuhan tersier
adalah rumah mewah, makanan mahal, liburan ke luar negeri, dan sebagainya.
Kebutuhan tersier juga disebut sebagai kebutuhan mewah, karena berbeda dengan
kebutuhan primer dan sekunder, kebutuhan tersier memiliki tujuan untuk
meninggikan status sosial atau kedudukan seseorang di mata masyarakat, bukan
karena kegunaan dan kepentingan suatu barang atau jasa.
Hal yang harus kita perhatikan
adalah batas antara kebutuhan sekunder dengan kebutuhan tersier untuk setiap
orang berbeda-beda. Perbedaan tersebut ditentukan oleh kedudukan da status
ekonomi seseorang di tengah masyarakat. Terkadang kebutuhan sekunder untuk satu
golongan merupakan kebutuhan tersier untuk golongan lain, seperti kebutuhan
terhadap TV hitam-putih di suatu desa terpencil. Sementara di kota-kota besar,
TV hitam-putih sudah buka merupakan barang mewah, bahkan bagi golongan yang
memiliki penghasilan yang besar, TV berwarna sudah di anggap sebagai kebutuhan
sekunder saja. Begitu juga barang-barang lain seperti kulkas, komputer atau sepeda motor.
Kesimpulan :
Kesimpulan :
0 comments:
Post a Comment